BAB
II
STUDI
LITERATUR
2.1 Material
Handling
Material handling (MH) merupakan suatu fungsi pemindahan material yang tepat ke tempat yang
tepat, pada saat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan pada
posisi atau kondisi yang tepat untuk meminimasi ongkos produksi. Tujuannya
adalah untuk mempermudahtransportasi dan mempercepat proses produksi. Istilah material handling sebenarnya kurang
tepat kalau diterjemahkan sekedar “memindahkan” material. Berdasarkan perumusan
yang dibuat oleh American Material
handling Society (AMHS), pengertian mengenai material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan
(handling), pemindahan (moving), pembungkusan atau pengepakan
(packaging), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian atau pengawasan
(controlling) dari bahan atau
material dengansegala bentuknya (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut
pendapat kelompok material handling
adalah suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut memungkinkan untuk meminimasi
jumlah ongkos yang digunakan dalam biaya transportasi penanganan material dengan
cara meminimalisasi jarak. Material
handling merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai transportasi
(pengangkutan), pemindahan, pengepakan serta penyimpanan semua bentuk bahan
material. Agar dapat menghemat penggunaan luas lantai, mengurangi bebang kerja
manusia dan kecelakaan, mengurangi biaya handling dan biaya produksi
2.2
Tujuan Material Handling
Tujuan
utama dari perencanaan material handling
adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan
perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993):
1.
Menjaga atau
mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan
terhadap material.
2.
Meningkatkan
keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3.
Meningkatkan
produktivitas.
4.
Meningkatkan
tingkat penggunaan fasilitas.
5.
Mengurangi bobot
mati.
6.
Sebagai pengawasan
persediaan.
Menurut
pendapat kelompok tujuan material
handling yaitu pemindahan material dari suatu tempat ke tempat lain agar lebih
teratur dengan biaya rendah, selain itu agar bahan-bahan material dapat
terlindungi supaya tidak rusak serta mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam
pengangkutan bahan.
2.3
Aktivitas-Aktivitas Pemindahan Bahan
Pertimbangan
yang menjadi dasar utama dalam material
handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan
yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto,
2000) :
a.
Pemindahan bahan
dari gudang bahan baku (Receiving)
menuju departemen pabrikasi maupun departemen assembling.
b.
Pemindahan bahan
yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis depatemen yang lainnya.
c.
Pemindahan bahan
dari departemen assembling menuju
departemen assembling.
d.
Pemindahan bahan
dari departemen assembling menuju
gudang barang jadi (Shipping).
Menurut pendapat kelompok
aktivitas pemindahan bahan yaitu setiap bahan yang bergerak dari orang atau
mesin secara keseluruhan memiliki biaya yang tidak terlalu kecil sehingga dalam
pemindahan material tersebut membutuhkan sistem pemindahan bahan secara
efektif. Aktivitas pemindahan bahan dalam perencanaan
dan perancangan tata letak pabrik akan lebih menekankan penanganan bahan pada
usaha-usaha memindahkan aktivitas-aktivitas pemindahan bahan pada saat proses
produksi berlangsung agar penempatan
produksi semakin efisien pengeluaran biayanya.
2.4
Pola Aliran Bahan Untuk Proses Produksi (Fabrikasi)
Tata
letak fasilitas berdasarkan aliran produk terbagi beberapa macam. Pola aliran
yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang terdiri
dari (Wignjosoebroto, 1992):
1. Straight line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau Straight line umum dipakai bilamana
proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari
beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini
akan memberikan:
a. Jarak
yang terpendek antara dua titik.
b. Proses
atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
c. Jarak
perpindahan bahan (handling distance)
secara total akan kecil karena jarak antara masing-masing mesin adalah yang
sependek-pendeknya.
Gambar
2.1.
Contoh Aliran Straight Line
2.
Serpentine
atau zig-zag (S-Shaped)
Pola aliran berdasarkan garis-garis
patah ini sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang
dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan
dibelokan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis
hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan
pabrik yang ada.
Gambar
2.2.
Contoh Aliran Serpentine
Atau Zig-Zag (S-Shaped)
3.
U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped
ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan
berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan
mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah
pengawasan untuk keluar masuknya material
dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka
aliran U-Shaped ini akan tidak
efisien.
Gambar
2.3.
Contoh Aliran U-Shaped
4.
Circular
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan
bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material
atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Aliran ini juga baik
dipakai apabila departemen penerimaan material
atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik
yang bersangkutan.
Gambar
2.4.
Contoh Aliran Circular
5.
Odd angle
Pola
aliran berdasarkan Odd angle ini tidaklah begitu dikenal
dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat
umum dan baik digunakan untuk kondisi-kondisi seperti:
a. Bilamana
tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu
kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
b. Bilamana
proses handling dilaksanakan secara
mekanis.
c. Bilamana
keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat
diterapkan.
d. Bilamana
dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas produksi
yang ada.
Gambar
2.5.
Contoh Aliran Odd Angle
Menurut pendapat kelompok pola
aliran bahan merupakan suatu pola aliran bahan dalam aliran suatu produksi dari
awal proses produksi sampai proses akhir produk jadi. Pola aliran bahan menggambaran
aliran material terhadap area penempatan mesin atau fasilitas penunjang
produksi lainnya.
2.5
Ongkos Material Handling
Ongkos material
handling adalah suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktifitas material
dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen ke departemen lain yang
besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu. Satuan yang digunakan adalah
rupiah/meter gerakan. Tujuan dibuatnya perencanaan material handling ini adalah meningkatkan kapasitas, memperbaiki kondisi kerja, memperbaiki pelayanan pada konsumen, meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan, dan mengurangi ongkos (kk.mercubuana. 2012).
Menurut pendapat kelompok mengenai
ongkos material handling adalah suatu
biaya yang dikarenakan adanya pemindahan material dengan berbagai faktor
seperti jarak pengangkutan, alat pengangkutan dan cara pengangkutannya. Ongkos material handling merupakan ongkos yang
dihitung berdasarkan jarak tempuh aktivitas pemindahan bahan.
Menurut Hidayat
(2010), material handling terbagi menjadi
dua bagian. Berikut ini bagian dari material
handling:
a.
Internal Transportation. Yaitu, pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik. Misalnya: trafic (perjalanan),
receiving (penerimaan), shipping (perkapalan).
b.
External Transportation. Yaitu, pengangkutan yang terjadi diluar pabrik.
Secara
umum biaya material handling akan terbagi atas tiga
klasifikasi, berikut ini klasifikasi yang akan dijelaskan yaitu (elib.unicom 2012):
1.
Biaya yang berkaitan
dengan transportasi raw material dari
sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished
goods product ke konsumen yang dibutuhkannya. Biaya transportasi disini
merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan
tempat dimana sumber material berada
serta lokasi tujuannya.
2.
In-lant receiving and storage, yaitu biaya-biaya diperlukan untuk gerakan perpindahan material dari proses satu ke proses
berikutnya, ware housing serta
pengiriman produk lainnya.
3.
Handling material yang dilakukan oleh operator
pada mesin atau peralatan kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di
atas meja perakitan.
Usaha
menganalisa material handling cost harus berdasarkan faktor-faktor yang seharusnya diperhatikan
benar-benar. Berikut ini faktor-faktor yang harus diperhatikan:
a.
Material
Harga pembelian dari mesin/peralatan, biaya seluruh material
yang dipergunakan, maintenance cost and repair
part inventory, biaya
untuk peralatan bantu, biaya untuk oli/pelumas, dan biaya instalansi, termasuk disini seluruh material dan biaya upah pekerja dan
pengaturan kembali.
b.
Salary and Wages
Direct labour costs (seluruh personil yang terlibat di dalam pengoperasian
peralatan material handling), training costs untuk menjalankan peralatan material handling, indirect labour costs (staf dan servis departemen), dan lain-lain.
c.
Financial Charges
Interest untuk investasi peralatan material handling dan biaya asuransi, property
taxes, depresiasi, dan lain-lain.
Melakukan
pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang lain untuk
dilakukannya proses produksi selanjutnya
akan mengeluarkan biaya yang tidak kecil, maka mengurangi
biaya-biaya material handling, maka
berikut ini diberikan beberapa hal yang sekiranya akan mempengaruhi biaya material handling, untuk itu harus dicegah/dikoreksi
sesegera mungkin (elib.unicom, 2012).
a.
Idle machine time
Machine down time berarti
penurunan produktivitas kerja dan tentu saja berarti yang terbuang. Bila mesin
bekerja pelan atau berhenti sama sekali karena aliran material tidak lancar atau suplai material terlambat, maka hal ini bisa dikatakan sebagai ketidak
efisienan pemakaian fasilitas handling.
b.
Production bottlenecks
Suatu interupsi terhadap
aliran produksi akibat keterlambatan material
akan menghentikan seluruh proses produksi (khususnya untuk continuous industry).
c.
Rehandling material
Setiap kali item harus
ditangani, digerakkan atau dipindahkan maka hal ini berarti akan membutuhkan
biaya. Teknik material handling
seharusnya direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga akan bisa mengurangi
frekuensi pemindahan material.
d.
Large inventories
Inventori pada dasarnya
membutuhkan modal dan memerlukan fasilitas pergudangan yang sesuai, biasanya
semakin efisien perencanaan sistem material
handling maka akan semakin efisien pula kebutuhan inventorinya.
e.
Poor space utilization
Kebutuhan ruangan akan dipresentasikan
dengan uang yang disediakan. Perencanaan material
handling yang efektif akan dapat mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang
tersedia.
f.
Excesive maintenance
Biaya maintenance untuk peralatan material
handling akan berarti dua kehilangan yang kita peroleh, waktu dan material yang dipakai untuk perawatan (corrective dan material) ditambah dengan waktu yang hilang dari penggunaan
peralatan itu sendiri. Aplikasi yang kurang tepat dan peralatan material handling akan menyebabkan
hal-hal seperti yang diuraikan tersebut.
g.
In-efficient use of labor
Pekerja atau operator
bagian produksi dibayar untuk bekerja menghasilkan produk yang dikehendaki.
Setiap saat waktu yang mereka miliki ternyata dipakai untuk kegiatan material handling, maka akan terjadi
kehilangan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang produktif.
h.
Damage material
Kerusakan material akibat handling seringkali menimbulkan biaya yang besar. Untuk itu
pemilihan metode dan peralatan material
handling yang tepat akan dapat mencegah kerusakan-kerusakan karena handling ini.
i.
Demurrace
Bila fasilitas material handling dibiarkan saja
menganggur untuk beberapa lama, maka ekstra biaya akan keluar sia-sia akibat
hal tersebut. Pengguanaan peralatan material
handling secara efisien akan membantu mengatasi permasalahan ini.
j.
In-efficient use of equipment
Industri material handling equipment pada dasarnya membutuhkan biaya, baik untuk investasinya
maupun aplikasinya (operasional). Material
handling equipment seharusnya
dipilih menurut efektivitas fungsional dan tingkat efisiensi yang tinggi.
2.6
Mesin Pemindahan Bahan
Mesin pemindah bahan (materials
handling equipment) dapat dikelompokkan berdasarkan pada ciri khas,
penggunaan, keadaan atau jenis muatan yang ditangani, serta arah gerakan.
Peralatan mesin terutama pada sistem otomatis membutuhkan pengendalian untuk
mengurangi biaya pada penanganan bahan, seperti guide wire yaitu suatu kabel atau kawat yang dirancang untuk
memberi tanda kepada alat pemindah bahan dan operator untuk menentukan jalur
mengemudikannya. Berdasarkan hal tersebut maka mesin pemindah bahan dapat
dibagi atas tiga kelompok, yaitu (Apple,
1990):
1.
Varied Path Equipment atau Peralatan pengangkat yang mempunyai arah yang berubah-ubah, yaitu peralatan
yang ditujukan untuk memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misalnya :
mesin pengangkat seperti kerek, dongkrak, kemudian crane,dan elevator, truck
2.
Floor Type atau Peralatan pemindahan Fixed
Path Equipment (conveyor), yaitu peralatan untuk
memindahkan barang secara vertikal maupun horizontal antara dua titik tetap
maupun muatan satuan secara kontinyu, seperti screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, vibratory conveyor.
3.
Peralatan permukaan dan overhead,
yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik
batch maupun kontinyu, misalnya scapper, excavator,bulldozer, dll. Jenis muatan
yang ditangani oleh mesin pemindah bahan dapat dibedakan menjadi :
a.
Muatan tumpahan (bulk load) yang terdiri dari banyak
partikel atau gumpalan yang homogen
b.
Muatan satuan (unit load) adalah
muatan yang telah menjadi satu satuan dalam ukuran yang lebih besar dan dapat
diangkut secara satu satuan. Unit load bisa jadi merupakan bulk load yang telah terbungkus seperti dalam peti kemas, karung,
dan sebagainya.
Menurut pendapat kelompok mengenai
mesin pemindahan bahan merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu
pengangkutan bahan material dalam suatu ruangan atau tempat, serta merupakan jenis
kendaraan yang dapat membantu pemindahan bahan material dalam suatu produksi
dengan atau tanpa bantuan tangan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Apple,
James M. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung : Penerbit
ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2000.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1992, Ergonomi, Studi
Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya
Meyers, Fred E. 1993. Plant layout and material
handling. New York, McGraw-Hill, Inc
Dadang,
Hidayat. 2010. Peran Penelitian Research & Development Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Di Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
http://elib.unikom.ac.id, 24 Oktober 2012.
http://kk.mercubuana.ac.id, 25 Oktober 2012
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sahabat. Jangan malu untuk menulis komentar. Pembaca yang baik akan selalu berkomentar Positif. Semoga komentar anda dapat memberi inspirasi bagi penulis. Dimohon untuk tidak berkomentar dengan Kata-kata yang dianggap tidak sopan. "Komentar Akan di Moderasi" Terimakasih dan Mohon Maaf Jika Komentar Lambat di Respon... Tinggalkan jejakmu Dibawah ini: